Sabtu, 26 Februari 2011

Tangan Yang Dicium Rasulullah

    Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa, " Rasulullah Saw yang baru pulang dari peperangan. Ketika tiba di Madinah, beliau disambut banyak orang. Begitu beliau datang, ada seorang penjual air yang mendekati Nabi Saw hendak mencium tngan beliau. Akan tetapi, Nabi Saw tidak mau menerimanya, sebaliknya beliau mengambil tangan penjual air itu untuk dicium.
  Ketika bersentuhan tangan dengan orang itu, Nabi Saw bertanya, "Kenapa tanganmu kasar sekali?" Orang itu menjawab, "Yaa Rasulullah, kerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk membeli nafkah kepada keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."
   Apa yang dilakukan Nabi yang agung itu? Nabi Muhammad Saw adalah manusia paling mulia, jauh lebih mulia daripada siapapun, tetapi orang yang paling mulia itu begitu melihat tangan yang kasar karena mencari nafkah yang halal, menggenggam tangan itu, dan menciumnya. Saat Rasulullah Saw hendak mencium tangan itu, beliau berkata, "Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada" 'inilah tangan yang tak pernah disentuh api neraka selama-lamanya'."
   Tangan yang tidak pernah disentuh oleh api neraka itu bukan tangan yang lembut, yang berkali-kali membuka ayat-ayat al-Qur'an, bukan tangan yang sekali tanda tangan ratusan rupiah cair, tetapi adalah tangan yang melepuh karena bekerja keras mencari nafkah yang halal. "Kulit yang dicintai oleh Nabi Saw, yaitu kulit yang menghitam karena dibakar terik matahari."
   Hal yang sama terjadi terhadap puteri Rasulullah Saw, yang sangat disayangi lebih dari segala-galanya, Fatimah Az-Zahra. Ketika Rasulullah tengah duduk bersama orang banyak, Fatimah datang, lalu Nabi Saw berdiri menyambut puterinya dan mengambil tangan Fatimah serta menciumnya. "Bayangkan, orang-orang di zaman Nabi Saw itu berebut untuk mencium tangan Nabi Saw, tetapi saat itu, Nabi Saw malah mencium tangan orang lain. Mengapa Nabi Saw mencium tangan Sayyidah Fatimah? Ada sebuah riwayat: "Katika hendak berangkat ke masjid, Salman Al-Farisi mendengar tangisan anak-anak kecil, yaitu Hasan dan Husain dari rumah Fatimah. Saat singgah di rumah Fatimah, ia melihat sang ibu sedang sibuk menggiling gandum, dan tidak ada yang membantunya untuk mengurus anak-anaknya sehingga Salman menawarkan diri, "Biarlah saya(Salman) yang menggiling gandum itu, dan ibunda yang mengurus anak-anak itu." Ketika menggiling gandum, Salman melihat tangan Sayyidah Fatimah kasar, melepuh karena setiap hari bekerja keras tanpa seorang pun yang membantunya di rumah.
    Fatimah Az-Zahra sudah terbiasa bekerja keras tiap hari sambil mengurus anak-anaknya, bahkan pernah bekerja merajut (memintal) benang (Kain) di rumah orang Yahudi, yang upahnya adalah sebungkus gandum yang dibuat roti untuk berbuka puasa. Suatu saat, ketika roti siap dihidangkan untuk berbuka, tiba-tiba ada yang berteriak-teriak dari luar rumah, "Ya Ahlulbait Nabi saw, Wahai Keluarga Nabi, saya sudah beberapa hari tidak makan, bantulah saya, wahai keluaga Nabi!" Seketika itu juga seluruh makanan yang ada diatas meja diserahkan kepada orang miskin itu, sehingga keluarga Nabi saw tidak berbuka puasa kecuali hanya air minum saja.
   Peristiwa tersebut terjadi tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari itu, keluarga Nabi saw tidak makan apa-apa. Mereka memberikan makanan yang mereka perlukan atau butuhkan kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan tawanan. Keluarga Nabi saw berkata, "Kami memberikan makan kepada kalian dengan tidak mengharap balasan dan terima kasih, kami memberikan semata-mata karena Allah Swt.
  Para sahabat ketika hendak menemui Nabi saw, harus mencari di tengah-tengah orang miskin dan rakyat kecil sebagaimana hadist beliau, "Kudzuni fii dhu'afaikum," 'Carilah aku di tengah-tengah orang kecil (miskin) di antara kamu.
    Sekarang pun kalau kita mau mencari Rasulullah saw, carilah di tengah-tengah orang miskin, karena tidak ada tempat yang paling dicintai Rasulullah saw, selain tempat-tempat orang miskin, rakyat kecil, sampai beliau berdoa di tengah-tengah orang banyak, "Allahumma 'ahyini miskinan...," 'Ya Allah hidupkanlah aku di tengah orang-orang miskin, wafatkan aku di tengah-tengah orang miskin, dan bangkitkanlah aku di hari kiamat bersama orang-orang miskin juga.
   ketika Aisyah, isteri nabi saw, meminta wasiat kepadanya, "Ya Rasulullah, aku ingin dekat dengan Allah, bagaimana caranya? Nabi saw bersabda, "Dekatilah orang-orang miskin, nanti kamu akan dekat dengan Allah, dekatilah orang-orang kecil." Dan Rasulullah saw berkata lagi kepada Aisyah, "Kepadaku diperlihatkan semua penghuni surga, ternyata yang aku saksikan kebanyakan penghuni surga itu adalah orang-orang miskin, dan kebanyakan penghuni neraka itu orang-orang kaya."
Ketika orang-orang miskin bertanya, "Orang kaya itu enak, bisa bersedekah dan kami ini apa yang mau kami sedekahkan." Rasulullah saw menjawab, "Bacalah oleh kalian "Syubhanallah walhamdulillah`wala'ilahailallah wallahu akbar", itu sama nilainya dengan sedekah orang kaya." Orang miskin itu bertanya lagi, "Tetapi Ya Rasulullah, orang kaya itu bisa baca zikir seperti itu." Lalu Rasulullah bersabda, "Ada di antara dosa-dosa yang tidak bisa ditebus oleh apapun kecuali dengan sulitnya mencari nafkah yang halal". Ada dosa yang tidak bisa ditebus dengan ratusan pergi haji, dan ada dosa yang tidak bisa ditebus dengan baca zikir itu, dan ada dosa yang tidak bisa ditebus dengan setinggi gunung emas sekali pun. Dan dosa itu hanya bisa ditebus dengan kesengsaraan dalam mencari nafkah yang halal, sulitnya mencari uang, itulah yang menjadi penghapus terhadap dosa-dosa." Rasulullah saw melanjutkan, "Orang miskin lebih cepat masuk surganya ketimbang orang kaya." Hal ini tidak berarti kita hanya mempertahankan kemiskinan, tetapi bagaimana kalau kita mau kaya apa dipaksakan juga, tentunya tidakan!, yang memang susah kaya ya... gak bisa kaya. []
*Sumber Majalah Syi'ar. (Oleh : Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat)

2 komentar: