Rabu, 01 Desember 2010

Renungan Hamba

Slalu qu sesali dosa slalu qu ulang kembali dan kau masih memberi kebahagiaan qu bukan hamba pilihan
Allah berfirman :
Wahai Manusia aku heran pada orang yg yakin akan kematian tapi ia hidup bersukaria, aku heran pada orang yg yakin akan pertanggung jawaban sgala amal perbuatan di akhirat tapi ia asyik mengumpulkan dan menumpuk harta benda, aku heran pada orang yg yakin akan kubur tapi ia tertawa terbahak-bahak, aku heran pada orang yakin akan adanya alam akhirat tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai, aku heran pada orang yg bersuci dengan air sementara hatinya masih tetap kotor, aku heran pada oran yg sibuk mencari cacat dan aib orang lain sementara ia tidak sadar samasekali pada cacat yg ada pada dirinya sendiri, aku heran pada orang yg yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi perilakunya tapi ia berbuat durjana, aku heran pada orang yg sadar akan kematiannya dan akan tinggal dalam kubur seorang diri lalu dimintai pertanggung jawaban seluruh amal perbuatannya tapi ia berharap belas kasih dari orang lain sungguh tiada Tuhan kecuali aku dan Muhammad adalah utusanKu.
Barangsiapa tidak mau menerima suratan nasib yg telah aku putuskan, tidak bersabar atas segala atas segala cobaan yg aku berikan, tidak mau berterima kasih atas segala nikmat yg aku curahkan dan tidak mau menerima apa adanya atas segala yg apa aku berikan, maka sembahlah Tuhan selain aku. Barangsiapa yg susah karena urusan dunia samasaja ia marah kepadaKu, barangsiapa mengadukan musibah yg menimpa dirinya pada orang ia sungguh2 berkelu-kesah kepadaKu, barangsiapa yg tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya sungguh ia dalam keadaan selalu berkurang, barangsiapa yg terus-menerus dalam keadaan berkurang kematian jauh lebih baik baginya
Wahai manusia terimalah anugerah yg kuberikan dengan lapang dada maka engkau tidak akan berharap pada pemberian orang lain, tinggalkanlah rasa dengki maka engkau akan terhindar dari kegelisahan hidup, hindari perbuatan haram maka engkau aman dalam kerancuan dalam beragama, barangsiapa mampu dari tidak membicarakan kejelekan orang lain maka kecintaanKu akan kuanugerahkan kepadanya, barangsiapa mengisolasikan diri dari kerumunan orang maka ia akan terhindar dari pengaruh jeleknya, barangsiapa mampu menjaga diri dari berbicara yang tidak ada gunanya itu menandakan kematangan akalnya, barangsiapa menerima dengan lapangdada atas pemberian Allah yg sedikit maka ia penuh percaya pada Allah.
Wahai manusia barangsiapa beduka karena persoalan dunia maka ia akan kian jauh dari Allah kian nestapa di dunia dan semakin menderita di akhirat Allah akan menjadikan hati orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yg tak berakhir, kepapahan yg berlarut-larut dan angan2 yg selalu mengusik ketenangan hidupnya.
Wahai manusia hari demi hari usiamu kian berkurang sementara engkau tidak pernah menyadarinya, setiap hari aku mendatngkan rezeki kepadamu sementara kau tidak pernah memujiKu dengan pemberian yg sedikit engkau tidak mau lapangdada dengan pemberian yg banyak engkau juga tidak pernah merasa kenyang.
Wahai manusia setiap hari aku mendatngkan rezeki untukmu sementara setiap malam malaikat datang kepadaKu dengan membawa catatan amal perbuatan jelekmu. Aku kabulkan jika kau memohon kepadaKu kebaikanKu tak putus2 mengalir untukmu namun sebaliknya catatan kejelekanmu sampai kepadaKu tiada henti, Akulah pelidung terbaik untukmu sementara engkau hamba terjelek bagiku, kututupi kejelekan demi kejelekan apa yg kau perbuat, aku sungguh2 malu kepadamu sementara engkau tidak pernah sedikitpun malu kepadaKu, engkau melupakan diriKu dan mengingat yg lain, kepada manusia engkau merasa takut sementara kepadaKu engkau merasa aman2 saja[]

Rabu, 24 November 2010

Kematian tidak Bermakna Ketiadaan

Bagaimana kita kembali kepada ketiadaan?
Apakah yang Anda maksudkan dengan “kembali kepada ketiadaan”? Apakah maksudnya adalah kembali pada keadaan sebelum dilahirkan? Seperti mereka yang mengatakan andai saja Aku tidak dilahirkan?

Tentu saja jelas bahwa tidak ada jalan untuk kembali kepada kondisi sebelumnya, karena waktu senantiasa berlalu dan dia tidak akan berhenti dari gerakannya dengan keinginan, kemauan dan kehendak kita, demikian juga waktu tidak akan pernah kembali ke belakang. Jadi “kembali kepada ketiadaan” dengan makna seperti ini tidak dapat diterima.

Namun jika yang dimaksud dengan ketiadaan adalah “kematian”, maka harus diketahui bahwa kematian bukanlah ketiadaan, kepunahan, dan kesirnaan, melainkan sebuah perubahan dan revolusi dari satu kondisi ke kondisi yang lain, dan perpindahan dari satu alam (alam dunia) ke alam yang lain (alam akhirat).

Aku mati dari mineral dan menjadi tumbuhan
Aku mati dari tumbuhan kemudian menjadi hewan
Aku mati dari hewan kemudian menjadi manusia
Lalu mengapa aku takut apabila aku mati beringsut
Aku berlalu sebagai manusia
Membawa empat sayap dan bulu bak malaikat
Setelah itu, berkoar lebih menjulang dari malaikat
Mengapa engkau tidak dapat membayangkan
Aku akan menjadi seperti itu
Lalu aku tiada setelah tiada[1] bak dentang organ
Aku berkata Inna liLlahi rajiun[2]


Oleh karena itu, dengan menerima teori ini, kematian sejatinya merupakan sebuah kesempurnaan dan gerak menanjak naik. Sebagaimana yang disinggung Maulawi dalam syairnya bahwa menjadi manusia membutuhkan terlewatinya tahapan-tahapan seperti tahapan jasmani (jism), nabati (nabati), dan hewan (hewan). Pada dasarnya masing-masing tahapan ini diperoleh setelah terjadinya kematian pada tahapan sebelumnya.[3] Jadi, kesimpulannya, saat ini ketika aku mati, sebenarnya aku tidak mengalami kehancuran dan kefanaan, melainkan bergerak naik ke tahapan yang lebih tinggi, dan tahapan tersebut adalah alam para malaikat.

Para filosof pun meyakini bahwa kehidupan setelah mati bukanlah yang dimaksud sebagai kembali kepada ketiadaan, dan mereka yakin bahwa “kembali kepada ketiadaan” merupakan sebuah kemustahilan dan absurd.[4] Dan jika seseorang menyangka bahwa kiamat dan ma’âd merupakan berulangnya suatu ketiadaan atau sesuatu yang pernah tiada kemudian mengada dan kembali lagi menjadi tiada, sesungguhnya ia telah berada dalam kesalahan fatal. Karena, pertama: sesuatu tidak akan sirna dan musnah dengan kematian, melainkan kematian merupakan sebuah bentuk kesempurnaan yang akan melanjutkan kehidupannya dengan terpisahnya ruh dari badan, ruh yang membentuk hakikat realitas manusia bahkan akan memiliki kemampuan dan kekuatan jauh lebih banyak setelah terpisah dari badan dibandingkan ketika badan masih berada dalam kepengaturannya. Yang kedua: ma’âd dan kiamat bukanlah bermakna sesuatu kembali berwujud setelah ketiadaan, melainkan bermakna “kembali”, yakni kembali ke sisi Tuhan, bukannya kembali dari ketiadaan kepada keberadaan.

Dengan demikian, secara ringkas harus dikatakan bahwa kembali kepada ketiadaan tidak bermakna sama sekali, demikian juga tidak ada jalan untuk yang demikian itu.[5][]


[1]. Jelas bahwa yang dimaksud tiada dalam bait syair ini adalah tiada yang telah disinggung Rumi pada bait-bait sebelumnya yang bermakna posisi meninggi (posisi rendah menanjak menuju posisi yang lebih tinggi).

[2]. Matsnawi Ma'nawi, Daftar-e Sewwum, hal. 1512.

[3]. Berdasarkan pandangan Mulla Sadra, kematian ini sejenis “penyifatan pasca penyifatan”, bukan “penyifatan pasca kehancuran”.

[4]. Untuk mengetahui argumen filsafat lihatlah, Nihayatul Hikmah, Allamah Thabathabai, hal. 22-25.

[5]. Apakah sesuatu yang telah ada akan menjadi sirna? Apabila sesuatu yang telah ada itu tidak akan sirna maka apakah kaidah ini berkonsekuensi pada keazalian dan keabadian sesuatu itu. Persoalan ini telah dibahas secara meluas dalam filsafat. Tema ini telah ditegaskan dalam dua bentuk argumen, argumen empirik dan argumen filsafat. Untuk lebih detail silahkan lihat: Ushul-e Falsafeh wa Rawasye Realism, jil.3, Allamah Thabathabai, pengantar dan catatan kaki oleh Syahid Muthahhari, hal. 111-121, dan Nihayatul Hikmah, Allamah Thabathabai, hal. 326.


Oleh : Isyraq
http://www.alhassanain.com/

Senin, 22 November 2010

Cara membuat koneksi antar laptop dengan Wireless

Kalau anda mempunyai dua buah laptop atau lebih atau komputer desktop yang mempunyai wireless LAN card (wifi) dan antara masing – masing laptop/ komputer tersebut ingin terhubung,menghubungkan atau terkoneksi satu sama lain sehingga dapat sharing data, printer, internet, remote komputer dll. Cara sederhana dapat dilakukan dengan koneksi adhoc yaitu koneksi wireless LAN tanpa menggunakan akses point, terhubung langsung antara komputer ke komputer lainnya tanpa menggunakan kabel.


Setting koneksi adhoc untuk windows xp sp2 adalah sebagai berikut :
• Nyalakan wifi
• Masuk ke network connection (klik start -;Control Panel -; Network and internet connection -; Network Connection )
• Klik kanan pada wireless network connection, kemudian klik properties
• Pilih Tab Wireless Networks --; klik Advanced
• Pilih Computer-to-computer (ad hoc) networks only
• Klik Close, Tampilan akan kembali ke jendela Wireless Network Connnection Properties
• Pada Preferred networks , klik Add
• Beri nama Network name (SSID) sesuai dengan yang kita inginkan misalnya contoh disini saya beri nama mynet (pada komputer yang lain namanya harus sama (mynet)).-;klik OK
• Pada Wireless network key, agar lebih mudah dulu network Authentication diisi : Open , pada Data encryption diisi : Disable. ( kalau mau langsung pakai proteksi juga silakan, tapi sebaiknya seperti ini dulu, nanti kalau sudah berhasil koneksinya silakan utak-atik option ini )

Sehingga pada preferred networks akan tampil nama SSID yang sudah kita buat dengan nama mynet -; klik ok untuk keluar.

• Lakukan hal / langkah yang sama pada laptop/komputer yang lain yang akan dikoneksikan. ( ingat nama /network name (SSID) harus sama ( mynet)).
• Kalau kedua komputer sudah disetting seperti langkah di atas, langkah selanjutnya adalah tinggal mengkoneksikannya yaitu dengan masuk ke Network Connection, kemudian klik kanan pada Wireless Network Connection --> pilih View available wireless networks.
Disana akan tampil SSID dengan nama mynet, sorot dengan mouse kemudian klik tombol Connect. Tunggu beberapa saat sampai statusnya Connected.

•• Sebenarnya kalau komputer kesatu selalu nyala, pada komputer kedua dan ketiga dan seterusnya tidak perlu disetting apapun, cukup nyalakan wifinya, View available wireless networks, pilih dan kemudian Connect. (seperti kalau kita koneksi pada hotspot).

• Untuk Melihat berhasil tidaknya koneksi antar komputer, kita bisa melakukan perintah ping ke nama komputer lawan.
- untuk mengetahui nama komputer : klik kanan pada my computer --> properties --> pilih tab Computer Name-->full computer name ( = nama komputer)
- Buka Command prompt (start --> klik RUN--> ketik cmd--> klik OK )
- Ketik ping namakomputerlawan (ping spasi nama komputer lawan) tekan enter, kalau berhasil akan ada reply dari komputer lawan.
- Kalau tidak ada reply bukan berarti belum berhasil, karena mungkin fungsi untuk pingnya dari komputer tersebut disable.

• Cara lain :
Dengan melihat IP address yang didapat oleh masing - masing komputer. ( karena cara diatas kita tidak mengisi nomor IP secara manual, tetapi secara otomatis/DHCP, ( maksudnya otomatis disini supaya lebih mudah , di bagian bawah ada cara setting IP secara manual ).
Cara melihat IP address yang didapat yaitu masuk kembali ke Network Connection--> dobel klik pada wireless network connection yang sedang terkonek--> kemudian klik Support, (dilakukan di kedua komputer ), kemudian bandingkan hasilnya.

Masing - masing komputer harus mendapat nilai subnet mask yang sama : misal disini subnet masknya didapat 255.255.255.0 (kelas C), komputer-a dan komputer-b harus sama yaitu 255.255.255.0
Masing - masing komputer harus mendapat IP address yang satu network misal kalau komputer-a mendapat 192.168.0.X, maka komputer-b harus mendapat 192.168.0.X juga (hanya nilai Xnya saja yang berbeda antara komputer a dan b).
Klik Repair di salah satu komputer kalau tidak didapatkan nilai seperti ketentuan di atas, sampai mendapatkan IP address dan subnet mask yang sesuai.

Setting IP Secara Manual

•• Bisa saja pada beberapa kasus akan kesulitan mendapatkan IP sehingga koneksi tidak berhasil, maka kita harus set IP secara manual.
Caranya :
-masuk ke network Connections-->klik kanan pada wireless network --> klik properties.
-Dobel klik pada internet protocol (Tcp/ip) --> klik pada use the following ip address.
Pada komputer kesatu set ip address : 192.168.0.1 subnet mask: 255.255.255.0
Pada komputer kedua set ip address : 192.168.0.2 subnet mask: 255.255.255.0
Pada komputer ketiga set ip address : 192.168.0.3 subnet mask: 255.255.255.0
Dan seterusnya..
Apabila komputer kesatu mempunyai koneksi internet dan akan sharing ke yang lainnya, maka pada komputer kedua, ketiga dan seterusnya. Kolom Default Gateway dan Preferred DNS servernya harus diisi yaitu : 192.168.0.1 .

Untuk melakukan Sharing Data :

• Klik kanan pada drive atau folder yang akan disharing --> pilih Sharing and security
--> Contreng pada Share this folder on network, isi Share name.--> klik OK
• Untuk mengakses data dari komputer lawan bisa dilakukan dengan mengetik di RUN command \\namakomputer atau \\noIPaddress komputer lawan yang akan diakses.

Untuk Sharing Koneksi Internet

• Di komputer yang ada koneksi internetnya masuk ke Network Connection --> Klik kanan pada koneksi internet yang akan disharing --> klik properties
• Pilih Tab Advanced, Contreng Allow other network user to connect through this …,
• Klik tombol Setting, contreng services yang akan disharing, (yang mutlak untuk sharing internet adalah Web Server (HTTP), yang lainnya HTTPS, FTP, POP3, dll terserah anda sesuai kebutuhan, atau boleh juga pilih semua.-; kemudian klik OK.

sumber : 
http://blog-wandi.blogspot.com/

Kamis, 18 November 2010

Doa Kumail

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Ya Allah, aku bermohon pada-Mu dengan rahmat-Mu yg meliputi segala sesuatu
dan dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu
dan merunduk segala sesuatu, dan merendah segala sesuatu
dan dengan keagungan-Mu yang mengalahkan segala sesuatu
dan dengan kemulian-Mu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu
dan dengan kekuasaan-Mu yang mengatasi segala sesuatu
dan dengan wajah-Mu yang kekal setelah fana segala sesuatu
dan dengan asma-Mu yang memenuhi tongkat segala sesuatu
dan dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu
dan dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu

Wahai Nur, Wahai Yang Maha Suci...
Wahai yang awal dari segala yang awal dan wahai yang akhir dari segala yang akhir

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menyebabkan hukum karma
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merintangi doa
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menurunkan bencana
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang memutuskan tali harapan
Ya Allah, ampunilah segala dosa yang telah aku lakukan, dan segala kesalahan yang telah kukerjakan.
Ya Allah aku datang menghampiri-Mu dengan berzikir (kepada)-Mu
Ku mohon pertolongan pada diri-Mu
Aku memohon kepada-Mu dengan kemurahan-Mu agar kau dekatkan daku ke haribaan-Mu,

sempatkan daku bersyukur kepada-Mu, bimbinglah daku untuk selalu mengingat-Mu
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan penuh kerendahan, hina dan kekhusyuan
agar engkau maafkan dan sayangi daku
dan jadikan aku rela dan puas akan pemberian-Mu
dan dalam segala keadaan tunduk dan patuh kepada-Mu
(bersambung...

Proses Meraih Kesempurnaan Insani

Kesempurnaan setiap maujud mempunyai batasan tertentu yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Karena karakteristik masing-masing maujud, mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, adalah berbeda satu sama lain, maka kesempurnaannya pun menjadi berbeda dan bertingkat-tingkat. Setiap maujud dikatakan sempurna ketika potensi-potensi khusus yang ada pada dirinya telah aktual.

Kesempurnaan setiap maujud harus ditemukan dalam sistem alam penciptaan. Untuk melakukan hal ini, harus dilakukan pengenalan terhadap hakikat suatu maujud untuk kemudian menempatkan kedudukannya di alam penciptaan, setelah itu dibutuhkan spesialisasi yang untuk mengetahui, memperkirakan, dan terakhir memberikan kesimpulan yang layak. Tentunya, penentuan kesempurnaan suatu maujud tidak bisa merujuk pada pendapat masyarakat umum, adat istiadat, dan peradaban.


1. Mengenal kesempurnaan manusia

Dengan memperhatikan pemikiran di atas, maka hal-hal yang diperlukan untuk mengenal kesempurnaan manusia, adalah:

1. Mengenal dimensi kesempurnaan manusia;

2. Menetapkan dimensi terbaik di antara seluruh dimensi wujud yang dimilik manusia;

3. Mencari kesempurnaan yang layak dari poin terbaik;

4. Menemukan metodologi pendidikan dan pembinaan untuk mengarahkan manusia menuju titik kesempurnaan tertinggi;

5. Cerdas dalam melangkah, mengenal, dan memilih jalan dan tarikat di antara jalan-jalan yang telah dikenali;

6. Menemukan derajat dan kedudukan yang harus diperoleh pada perjalanan menyempurna ini,

7. Memperoleh akhir kedudukan yang ditempuh oleh seorang pesuluk dan sampai pada titik akhir kesempurnaan.


2. Proses pencapaian kesempurnaan manusia

Syarat pertama untuk melakukan perjalanan ke arah tujuan tertinggi manusia adalah melaksanakan ketujuh poin di atas, yang tidak memperhatikan salah satunya atau meninggalkan seluruhnya akan menyebabkan kebingungan dan kesesatan bahkan pada awal perjalanan.

1. Sebagaimana yang telah kami katakan sebelumnya, manusia merupakan sebuah majemuk dari seluruh tingkatan eksistensi dan merupakan contoh atau miniatur dari seluruh keberadaaan. Manusia yang paling sempurna akan memiliki seluruh kesempurnaan yang dimiliki oleh Sang Penciptanya.

2. Telah dikatakan bahwa dimensi terbaik dan terunggul yang dimiliki oleh manusia adalah dimensi non-materinya (akal) yang menyebabkan seluruh malaikat bersujud padanya.

3. Kesempurnaan yang layak untuk kedudukan manusia ini adalah dia merupakan dan menjadi maujud yang terbaik dan paling sempurna di antara seluruh eksistensi, tidak menganggap dirinya kecil, rendah, dan tidak menjual dirinya untuk tingkatan yang lebih rendah seperti materi, melainkan memanfaatkan dan meletakkan seluruhnya sebagai alat dan wasilah dalam perjalanan menuju tingkatan tertinggi dan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan paling sempurna.

4. Melewati dan meniti jalan yang diperintahkan oleh Tuhan yang telah ditetapkan oleh-Nya dengan diturunkannya agama Islam lewat Nabi dan Rasul-Nya.

Dimana hal ini harus ia lakukan dengan menghiasi aspek lahir dan dimensi batin dengan mengamalkan perintah-perintah dan aturan-aturan Tuhan (baca: syariat) serta tidak menafikan aturan-aturan Ilahi tersebut sekecil apapun, dan pada langkah pertama dia harus menegaskan dirinya untuk melaksanakan hukum yang wajib dan mustahab (sunnah), dan meninggalkan yang mubah, haram, dan makruh, serta berusaha untuk mendakwakannya.

5. Meletakkan setiap jejak dan langkahnya dalam tradisi orang-orang yang shaleh dan berilmu, berjalan sendiri sangat besar kemungkinan untuk tersesat karena dia tidak mampu mengenali jalan yang hak dan benar, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Musa bin Ja'far as dalam salah satu haditsnya, "Binasalah orang yang tidak memiliki pembimbing yang membimbingnya" dan sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mukminin Ali as, sebelum manusia mencapai tingkatan alim rabbani (orang yang benar-benar mengenal Tuhan) dan mengetahui derajatnya, terlebih dahulu dia harus belajar untuk mendapatkan jalan keselamatan.

6. Mengetahui setiap tahap dari masing-masing derajat dan kedudukan spiritual, supaya dia tidak menghentikan langkahnya pada posisi yang telah didapatkannya, karena setiap kedudukan memiliki pengaruh yang sebegitu agung dan menakjubkan kadangkala hal ini memunculkan sangkaan pada seseorang bahwa dia telah sampai pada titik tertinggi dari kesempurnaan, sementara dia tidak mengetahui bahwa saat ini dia baru saja memulai perjalanannya yang begitu panjang. Salah satu persoalan yang paling urgen dalam melakukan perjalanan ke arah tujuan yang benar dan hakiki adalah terletak pada kesalahan dalam menentukan kedudukan dan derajat spiritual ini, yang tentu saja akan menyebabkan stagnasi dalam perjalanan ke tahapan selanjutnya. Pada tahapan ini, diharuskan ada seorang guru untuk membimbingnya ke derajat dan kedudukan tertinggi. Melakukan perjalanan spiritual seorang diri dengan tanpa guru sebagai pembimbing spiritual, kadangkala akan mengakibatkan perjalanan justru mengarah ke ambang kesesatan, kehilangan akal sehat, dan munculnya kebingungan. Apabila untuk melakukan perjalanan di alam ini saja kita harus mengetahui dan mengenal lintasannya, bagaimana mungkin kita akan bisa berjalan di alam transenden dan spiritual tanpa terlebih dahulu mengetahui dan mengenal lintasan perjalanannya dan tanpa adanya guru pembimbing?

7. Akhir dari derajat dan kedudukan manusia adalah perjalanan menuju "Realitas Tak Terbatas", Tuhan.


3. Hakikat insan dan kesempurnaannya

Faktor paling besar penyebab kesalahan dalam perjalanan manusia saat ini adalah ketidakjelasan dan ketiadaan perhatian terhadap hakikat manusia. Persoalan ini telah menyebabkan manusia meninggalkan fitrah yang benar dan terjerumus ke lembah kesesatan. Dalam keadaan seperti ini, kesalahan, kesesatan, dan keburukan telah termanifestasi dalam bentuk tujuan yang tinggi, sedangkan tujuan asli dan hakiki mereka telah terlupakan. Dalam keadaan ini, hawa nafsu dan khayalan kosong diposisikan sebagai arah dan tujuan yang sebenarnya.

Ulama sejati yang akan duduk sebagai pemimpin kafilah manusia dan memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin masyarakat adalah penting bagi mereka untuk terlebih dahulu berpikir tentang hakikat manusia dan berusaha menentukan identitas hakiki manusia untuk mengetahui poin-poin kesempurnaan yang layak untuk mereka.

Manusia yang sifat dasarnya adalah bersumber dari malaikat dan ruh Ilahi, "Dan telah Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku"[1], untuk apa mengarahkan dirinya pada suatu realitas yang bukan tujuan suci penciptaannya? Manusia yang Tuhan menyebut kedudukannya dengan firman-Nya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya"[2], tidak seharusnya menjadikan tempat tinggal abadinya di asfalus-safilin (paling rendahnya kedudukan), melainkan tempat terendah tersebut (baca: alam materi) harus dianggap sebagai batu loncatan menuju ke langit suci makrifat dan derajat tertinggi.

Burung-burung angkasa yang sayapnya lebar yang tidak bisa tertampung dalam sebuah sangkar dan sarang manapun, sama sekali tidak layak terpenjara dalam sebuah sangkar yang sempit. Dia harus terbang bebas mengarungi angkasa, lautan, dan hutan-hutan.

Manusia yang kalbunya tidak dapat dipenuhi dan dipuaskan oleh realitas apapun, sehingga apabila planet bumi ini diserahkan kepadanya, ia tetap akan memikirkan untuk menguasai planet-planet lainnya, dan apabila telah menguasai seluruh alam, masih tetap memiliki keinginan untuk menguasai apa yang berada di luar alam, apakah dia akan merasa beruntung dan bahagia dengan hanya mengenyangkan perut dan syahwatnya? Tidak, sama sekali tidak demikian, apabila dia memiliki kapasitas wujud yang tidak terbatas, maka dia hanya layak untuk sesuatu yang juga tidak terbatas, dan kesempurnaan hakikat yang tak terbatas ini menuntut kehadiran realitas kesempurnaan yang tidak terbatas pula.

Ibarat di atas adalah kandungan dari ayat, "Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram"[3], yang dengan beberapa penegasan mengatakan bahwa satu-satunya yang mampu menenangkan hati dan memberi ketentraman serta kepuasaan pada kalbu dan jiwa manusia tidak lain adalah Sang Penciptanya sendiri.

Dalam sebuah hadits mulia dikatakan, jiwa mukmin adalah 'rumah' Tuhan, maka janganlah kalian menerima selain Tuhan di dalam rumah ini. Kesempurnaan yang layak untuk manusia adalah tidak melepaskan diri dari mengingat Tuhannya dan mencintai-Nya dengan setulus hati.


4. Para nabi, pembimbing kesempurnaan

Karena Tuhan mengajak manusia ke arah kesempurnaan-Nya dan menjaminnya keamanan, ketenangan, dan kehancuran dunia serta juga memberikan kemudahan untuk menggapai realitas alam malakuti, maka Dia menciptakan teladan-teladan suci berupa Nabi, Rasul, dan Ahlulbait dan mengajak seluruh manusia untuk berjalan bersama mereka dan meniti jalan yang mereka lalui, teladan-teladan suci tersebut diletakkan sebagai contoh dari kalangan manusia yang telah mampu mencapai derajat dan kedudukan manusia yang paling tinggi.

Dalam keadaan ini, karena kita belum menjadi manusia sempurna adalah logis apabila segala gerak dan langkah kita mengikuti gerak dan langkah para manusia sempurna tersebut, dan kita bergerak dan berjalan di bawah hidayah dan bimbingan mereka.

Hal ini persis seperti keadaan orang buta yang melakukan perjalanannya dengan meletakkan tangannya pada genggaman orang yang tidak buta. Sudah pasti orang buta tersebut akan melangkah sebagaimana orang yang tidak buta, dia akan aman dari bahaya kebutaan, karena meskipun dia buta, akan tetapi gerak dan langkahnya bukan gerak dan langkah orang buta.

Dalam lingkup tujuan yang sangat agung dan berharga inilah kemudian tercipta maktab suci Ilahi untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan keinginan mulia manusia, dan mengingatkan bahwa apabila keinginan hakiki manusia tidak diiringi dengan hidayah khusus dengan perantara para teladan suci dan manusia sempurna, maka kesempurnaan tertinggi dan tujuan suci penciptaan manusia tidak akan pernah tergapai dan terwujud.


5. Dosa, penghalang kesempurnaaan

Almarhum Allamah Thabathabai ra sepakat bahwa melakukan maksiat dan dosa sekecil apapun, akan mampu menjadi penghalang bagi perjalanan memasuki medan makrifat Ilahi, dan mengetahui kewajiban berkenaan dengan perintah-perintah suci Ilahi adalah syarat awal menuju kesempurnaan dan langkah awal seorang pesuluk.

Tentu saja puncak kesempurnaan ini tidak dapat dengan mudah diperoleh karena menuntut penjagaan ketat dan kehati-hatian sempurna. Almarhum Allamah dalam risalahnya al-Wilayah menukilkan bahwa gurunya, almarhum Ayatullah Sayyid Ali Qadhi Thabathabai, mengatakan bahwa para petapa India yang hanya memakan sebutir kacang dalam setiap minggunya, tidak tidur pada hari-hari tertentu, berdiri di atas satu kaki dengan merentangkan kedua tangan dalam sehari semalam, atau hal ajaib lainnya, pada dasarnya mereka telah lari dari amanah dan tanggung jawab yang besar dan beralih pada hal-hal yang mudah.

Tanggung jawab yang besar dan perbuatan yang mulia adalah dalam waktu selama 70 tahun sama sekali tidak berbohong, ghibah, riya, memandang perempuan non-mahram, dan lain-lain. Sebagian dari murid almarhum Ayatullah Ogho Rahim Arbab menukilkan bahwa beliau berkata, sejak umur lima belas tahun hingga sekarang, aku tidak pernah satu kali pun memandang perempuan non-mahram.

Jadi, kemestian pengamalan seluruh kewajiban dan perintah Ilahi merupakan syarat pertama untuk memasuki wilayah suci Ilahi dan secara bertahap dia akan mengalami perluasan kapasitas wujudnya.

Amirul Mukminin Ali as dalam kitab Nahjul Balaghah mengatakan, kalbu dan jiwa manusia merupakan wadah-wadah dan wadah yang terbaik adalah yang memiliki kapasitas yang terbanyak.

Program-program yang telah difirmankan oleh Tuhan untuk manusia dan tertuang di dalam agama suci Islam mengatakan bahwa badan materi merupakan sebuah eksistensi yang tidak abadi dan fana, maka jadikanlah badan-badan tersebut menjadi realitas ruhani dan Ilahi (yakni jiwa melesak ke alam tinggi malakuti), karena tidak mengikuti aturan-aturan Ilahi hanya akan menjadikan ruh menjadi realitas materi (yakni jiwa akan turun ke alam terendah materi).

Kebodohan dan kejahilan yang tidak memberikan manfaat sedikitpun, lantas berperan dan berusaha dalam membumi hanguskan program-program Ilahi dan meletakkan segala sesuatu untuk berkhidmat kepada alam materi dan dunia, dan kejahilan ini dengan seluruh usahanya berupaya untuk menyimpangkan agama Islam supaya manusia-manusia malang terjebak dan terkubur dalam sifat dan prilaku hewan. Mereka menganggap bahwa tolok ukur kebahagiaan dan kesempurnaan manusia terletak pada motivasi-motivasi dalam memenuhi tuntutan syahwat dan perut, dan mereka tidak mengetahui sesuatu lebih dari hal itu.


6. Penyakit tanpa rasa sakit

Penyakit-penyakit tubuh terbagi menjadi dua kelompok, sebagian penyakit tubuh diikuti dengan rasa sakit yang tidak menyenangkan seperti penyakit pada sistem pencernaan atau infeksi-infeksi pada sistem-sistem organ yang diikuti dengan rasa sakit yang luar biasa pada anggota badan.

Akan tetapi terdapat jenis penyakit lain yang mampu mengalami perkembangan sangat pesat di dalam tubuh manusia, akan tetapi sama sekali tidak diikuti dengan rasa sakit, dan penderita penyakit semacam ini biasanya tidak mengetahui adanya kerusakan di dalam tubuhnya, seperti kejang yang terjadi pada pembuluh kapiler atau pengentalan darah yang ditimbulkan oleh sedimen bahan-bahan seperti lemak yang akan menekan jantung, hal ini secara bertahap dan tanpa diketahui oleh manusia akan mampu menghentikan detak jantung secara tiba-tiba dan hal ini berarti berakhirnya sebuah kehidupan.

Penyakit-penyakit ruh yang muncul karena tidak adanya kesempurnaan spiritual pun memiliki keadaan seperti tersebut di atas. Manusia tidak pernah merasakan adanya aib dan kekurangan di dalam dirinya karena dia telah terkekang dalam mekanisme materi.

Dan karena manusia tidak mengetahui bahwa kecintaan atas materi tidak terhitung sebagai kesempurnaan dirinya, tidak bisa memuaskan fitrahnya, dan tidak bisa menjadi solusi bagi tuntutan potensi-potensinya, oleh karena itu dia sama sekali tak merasakan ketersiksaan sedikitpun. Dia hanya berpikir pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tabiat dan badannya dan dia tidak mengenal kebutuhan ruhani yang lebih tinggi dari itu.

Orang-orang semacam ini tidak akan mendapatkan kesempurnaan hakiki, bersamaan dengan itu ia tak pula merasakan sakit dan kekurangan. Penyebab dari masalah ini adalah hati mereka sibuk, larut dan tenggelaman dalam lautan dunia materi. Al-Quran menamakan orang-orang semacam ini dengan orang-orang yang buta dan tuli dan saking tuli dan butanya sehingga dia tidak mengetahui penyakit yang diderita di dalam dirinya sendiri.

Akan tetapi ketika mereka melihat jarak yang begitu jauh dan penuh bahaya disertai dengan segala ketegangan dan ketakutan yang terjadi di alam akhirat, memahami bahwa dia tidak memiliki kendaraan dan alat untuk bergerak dan melihat betapa banyak nikmat-nikmat tak terbatas yang tercecer, akan tetapi dia tidak mampu mengumpulkan dan memanfaatkannya dan dia tidak mempersiapkan tempat tinggal dan kediaman abadi untuk dirinya, keadaan ini persis seperti seorang anak yang lahir dari ibu dan tidak memiliki mata, telinga, tangan, kaki, hidung, dan mata untuk melihat, mendengar, berjalan, bernapas, dan makan.

Sebenarnya harus diketahui bahwa seluruh perintah dan aturan-aturan suci Tuhan hanyalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spiritual manusia di alam akhirat dan mempersiapkan kediaman abadinya.


7. Tahap akhir kesempurnaan

Gerak manusia adalah ke arah realitas tak terbatas. Allamah Thabathabai ra dalam risalahnya al-Wilayah mengutarakan isyarah-isyarah yang diungkapkan oleh al-Quran dan hadits tentang tingkatan dan derajat akhir manusia ini.


Pada risalah itu disinggung tentang lima tingkatan dan menentukan garis lintasan manusia:

1. Hukum-hukum agama dan syariat suci Islam memiliki dimensi lahir dan batin;

2. Mekanisme batin alam tidak berdasar pada mekanisme alam natural ini karena dia memiliki mekanisme tersendiri yang khusus dan tertentu;

3. Tidak ada sedikitpun keraguan bahwa para Nabi memiliki hubungan dan keterkaitan dengan batin alam ini;

4. Pintu ke arah batin alam tersebut terbuka pula untuk umat manusia dan terdapat kemungkinan untuk melakukan hubungan dengan tingkatan dan derajat alam tersebut;

5. Apa yang dicapai manusia dalam perjalanan suci ini adalah menggapai puncak kesempurnaan wujud.

Allamah Thabathabai ra pada masing-masing poin tersebut menyertakan juga sanad-sanad al-Quran dan hadits, bisa dikatakan bahwa risalah ini merupakan hasil karya yang sangat berharga pada kurun ini.

Almarhum Allamah pada poin keempat dari risalah tersebut mengatakan, "Sesungguhnya jalan paling dekat dan paling bermanfaat untuk bergerak ke arah kesempurnaan mutlak adalah perjalanan jiwa (seir anfusi)"[4], dengan makna bahwa pada lintasan ini, manusia sama sekali tidak akan bergelut dengan defenisi-defenisi dan pemikiran.

Yang akan dihadapi hanyalah hakikat-hakikat wujud yang bisa ditemukan dalam jiwa manusia dimana hal ini akan menambah keluasan wujudnya. Pada topik ini, Allamah menyandarkannya pada salah satu ayat yang berbunyi, "… Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk …".[5]

Sedangkan pada poin kelima, beliau mengatakan,[6] "Manusia akan sampai pada suatu realitas dimana Tuhan akan menyingkap tabir dari mata-mata mereka dan meletakkan mereka pada golongan muqarribin (orang-orang yang didekatkan pada-Nya), Tuhan berfirman, "Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)"[7], dimana pada posisi ini mereka akan 'menyaksikan' alam-alam keberadaan yang tertinggi dimana merupakan sebuah lembaran yang mana keberadaan dan segala sesuatu yang terjadi di alam itu telah tertulis dan terjaga dengan rapi. Juga manusia akan mengalami penyempurnaan hingga sampai pada sebuah derajat yang jauh dari jangkauan dan pengaruh setan, karena setan berkata, "Demi kekuasaan-Mu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas (orang yang disucikan dan diikhlaskan) di antara mereka"[8].

Demikian juga akan sampai pada suatu tempat dimana mereka akan memperoleh balasan atas segala amal dan perbuatan sebagaimana manusia-manusia lainnya, dalam salah satu ayat-Nya berfirman, "Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan"[9], akan tetapi pada kelanjutan ayat tersebut Tuhan berfirman, "Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)."[10]

Imam Ali As dalam salah satu khutbahnya, mengatakan, "Ya Allah! Mata manakah yang akan mampu bertahan ketika berhadapan dengan pancaran cahaya dan kodrat-Mu, dan akal manakah yang mampu menggapai kodrat dan cahaya-Mu, kecuali mata yang telah tersibak dari tabir dan hijab yang membutakan."[11]

Imam Ali As dalam munajat Sya'baniyah juga menganjurkan kepada kita untuk memanjatkan doa kepada Allah Swt sebagai berikut, "Ya Allah! Terangkanlah mata hati kami untuk memandang kemuliaan-Mu supaya terbuka hijab-hijab yang ada di antara kami sehingga kami akan sampai kepada keagungan-Mu dan ruh-ruh kami bergantung pada seluruh kemuliaan suci-Mu."

Pada bagian yang lain, dari munajat yang sama, beliau bersabda, "Ya Allah! Sampaikanlah kami kepada cahaya kemuliaan dan cahaya menakjubkan yang Engkau miliki, sehingga kami mampu mengenal-Mu dan memalingkan wajah dari selain-Mu."

Allamah Thabathabai ra pada akhir risalahnya menyatakan, "Apabila kita berpikir dan bertadabbur dengan baik pada ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits, maka akan kita temukan bahwa ternyata kita masih belum mendapatkan informasi sempurna tentang wilayah suci Ilahi dan apa yang akan mereka gapai dari kesempurnaan-kesempurnaan Ilahi tersebut, tak satupun ibarat dan ungkapan yang bisa digunakan untuk menceritakan secara utuh tentang maqam, derajat dan kedudukannya sama sekali."[12]

Manusia merupakan satu-satunya eksistensi yang memiliki potensi dan kapasitas yang mampu meletakkan seluruh alam ini di dalam jiwa dan kalbunya, dan - sebagaimana yang telah kami katakan - apabila Allah menyebut seluruh alam dengan sebutan mikrokosmos dan dalam al-Quran memperkenalkan dunia dengan sebutan "sedikit" akan tetapi pada ayat lainnya menyebutnya sebagai sebuah "komoditi", dan mendefinisikannya sebagai sesuatu yang tidak berharga dan kecil, bukan disebabkan karena dunia ini memang tidak berharga dan kecil, melainkan karena kedudukan manusia yang besar, agung, dan sangat berharga, dan kapasitasnya yang sedemikian besar sehingga kalbunya merupakan arsy Ar-Rahman dan 'rumah' Tuhan, dimana pada salah satu hadits dikatakan, "Kalbu para mukmin merupakan tempat suci Tuhan" dan seluruh alam ini tidak berharga ketika berdampingan dengan realitas yang bisa menampung arsy Ilahi atau tempat suci Tuhan."[13]

Dari sinilah Amirul Mukminin Ali as mengatakan, "Perdagangan yang tidak beruntung adalah manusia yang menganggap dirinya memiliki nilai tertentu dan terbatas lalu dia menjual dirinya dengan nilai tersebut"[14]. Perdagangan seperti ini hanya akan menghasilkan penyesalan tak terbatas. Betapa indahnya, apabila manusia mengetahui citra, hakikat, dan nilai dirinya, dan melakukan amal dan perbuatan sedemikian sehingga dia mampu menyibakkan tabir yang menutupinya dan menggapai kesempurnaan dirinya dengan penuh kebahagiaan.


8. Pendidikan akhlak dalam Islam

Kata pendidikan mempunyai makna menghasilkan dan menambah. Sedangkan kata pertumbuhan memiliki makna menjadi sesuatu yang lebih baik, berkembang, dan berproses menuju posisi yang lebih sempurna.

Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pembinaan - dalam proses pengajaran dan pendidikan - seorang manusia bukan berarti mengarahkan pertumbuhan badan dan menaikkan berat badannya, melainkan yang dimaksud adalah menyelamatkan manusia dari keterjebakan dalam dunia materi dan memberikan pemahaman akan arah dan tujuan yang lebih tinggi, lebih mulia, lebih agung, dan lebih sempurna dari sekedar memuaskan instink dan syahwat semacam makan, tidur, berpakaian dan kebutuhan jasmani lainnya.

Jelaslah bahwa pada mekanisme jasmani manusia terdapat mekanisme lain yang berkedudukan lebih tinggi dan lebih suci, dimana struktur dan pondasi derajat tersebut berada pada salah satu tingkatan wujud yang terletak lebih tinggi dari alam materi.

Manusia yang berkedudukan tinggi dan suci bukanlah mereka yang lebih baik dalam hal makan, minum, tidur, dan kelebihan dalam fasilitas-fasilitas materi lainnya, melainkan apabila mereka hanya mencukupkan pada persoalan-persoalan ini, berarti mereka malah telah terjerembab dari derajat insaniah menuju derajat hewaniah, dan kemerosotan manusia yang semacam ini tidak bisa dianggap sebagai sebuah pertumbuhan atau kesempurnaan.

Hal ini sama artinya ketika kita menganggap alam eksistensi ini hanya sebatas alam materi - sebagaimana yang diungkapkan oleh kaum materialis - karena dengan anggapan seperti ini berarti proses menyempurna yang ada pada alam eksistensi sama sekali tidak bermakna.

Meskipun mereka telah merasionalisasikan kemunculan makhluk-makhluk hidup bahkan manusia dan mengatakan apabila di dalam alam natural ditemukan makhluk hidup, maka sebenarnya unsur-unsur maujud di alam eksistensi akan terkomposisi dan terwujud dalam bentuk yang lebih rumit dan lebih mendetail.

Dengan ungkapan lain, partikel atom alam ini tetap konstan dan permanen, akan tetapi kadangkala mereka saling berbaur dalam bentuk yang sederhana, dimana dalam keadaan ini akan muncul eksistensi yang sederhana pula seperti in-organik dan tumbuhan; terkadang pula, atom-atom ini berkomposisi dengan sangat rumit dimana akan menghasilkan spesis hewan.

Jadi perbedaan antara katak dengan batu, bunga, dan tumbuhan hanya terletak pada komposisi partikel atom atau unsur-unsurnya dalam bentuk yang lebih rumit, dan apabila kemudian terwujud manusia, hal ini terjadi pula dengan cara yang sama yaitu karena pengaruh penggabungan unsur-unsur dan partikel-partikel atom alam ini sedemikian mendetail dan lebih rumit dari makhluk lainnya, dengan ini terbentuklah eksistensi yang menakjubkan berupa manusia, akan tetapi tetap saja berada dalam lingkup unsur-unsur pertama materi dan tidak keluar darinya, dan apabila seluruh maujud yang terdapat di alam ini dikembalikan semula dalam bentuk atom-atom, maka jumlah atom-atom tersebut niscaya akan tetap dan konstan, tidak terkurangi dan tidak pula bertambah.

Dari penjelasan di atas, secara pasti bisa dikatakan bahwa perspektif ini tidak sesuai dengan proses kesempurnaan maujud-maujud, dan bahkan pernyataan mereka tentang kesempurnaan dalam bentuk di atas tidak diterima oleh aliran filsafat manapun, karena perubahan dari satu materi ke materi yang lain tidak bisa dikatakan sebagai sebuah proses kesempurnaan, melainkan hanya sebuah rangkaian penjumlahan dan pembagian dimana pada satu kondisi akan menggabung dan pada kondisi lain akan memisah. Dengan ibarat lain, sekedar perubahan kondisi tidak bisa dikatakan sebagai kenaikan derajat sebuah maujud. Suatu gerak akan bisa dikatakan sebagai gerak ke arah kesempurnaan ketika ada hasil pada setiap lintasan perjalanan yang dilaluinya, dimana hasil itu sebelumnya tidak dimiliki dan sekarang mengalami pertambahan.

Ibnu Sina menganggap bahwa setiap gerak merupakan kesempurnaan awal, yaitu langkah pertama untuk mencapai segala yang dikehendaki ialah gerak, dimana manusia atau setiap maujud akan bergerak dan mengarah pada tujuan. Bila tujuan yang akan dicapai tidak ada, melainkan antara wujud awal dan wujud akhirnya adalah sama dan tidak ada satu hal baru yang dihasilkan, maka aksi-reaksi semacam ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah proses kesempurnaan.


Catatan Kaki:

[1] Qs. Al-Hijr: 29.

[2] . Qs.At-Tiin: 4-5.

[3] . Qs. Ar-Ra'd: 28.

[4] . Risalah al-Wilayah, Allamah Thabathabai, hal. 37.

[5] . Qs. Al-Maidah: 105.

[6] . Risalah al-Wilayah, hal. 65.

[7] . Qs. Al-Muthaffifin: 19-21.

[8] . Qs. Shaad: 82-83.

[9] . Qs. Ash-Shaaffat: 39.

[10] . Qs. Ash-Shaaffat: 40.

[11]. Biharul Anwar, jilid 25, bab 1, hal. 29

[12] . Risalah al-Wilayah, Sayyid Muhammad Husain Thabathabai, hal. 75.

[13] . Gurar wa Durar, Imam Ali as, hal. 112.

[14] . Ibid.


Oleh: Mohammad Adlany
http://www.alhassanain.com/

Karunia Dalam Sebuah Keluarga

Kali ini kita akan membahas sebuah persoalan yang sangat monumental yang kita alami sehari-hari atau pasti akan dialami oleh setiap manusia didunia ini yaitu mengenai keluarga, mengenai masalah akhlak dalam rumah tangga, tentang kesucian sebuah keluarga. Dalam Al-Qur'an kita tentu sudah banyak tahu betapa banyaknya pembahasan atau penjelasan mengenai masalah tersebut, dimana kita akan tahu persis bahwa rumah yang diliputi oleh aroma kasih sayang di dalamnya terjaling kerja sama yan baik antara si suami dan si istri serta anak-anak mereka, selalu dibacakan Al-Qur'an dan dilantumkan zikir,shalat dan puasa selalu ditegakkan, doa dan kebutuhan kepada Tuhan selalu dipanjatkan, adalah rumah tangga yang diagungkan dan dimuliakan oleh Allah SWT.
Dalam pandangan penghuni langit, rumah semacam itu akan nampak bercahaya, sebagaimana gemerlap bintang yang nampak dari bumi, sebaliknya rumah tangga yang selalu dipenuhi perselisihan, tidak terjalin kerja sama yang rapi, didalamnya banyak dilakukan perbuatan dosa. tak lebih rumah yang gelap, suram dan kehilangan berkah, rumah tersebut telah ditinggalkan malaikat dan dikunjungi setan.
Ibadah yang paling baik didalam islam adalah kekhidmatan seorang istri kepada suaminya, dan kekhidmatan seorang suami kepada istrinya tentu jg syahadah di jalan Allah adalah fadhilah yang paling agung. Namun dalam riwayat kita juga menjumpai bahwa apabila seorang istri berkhidmat pada suaminya, seperti memasak dan mencuci dan lain sebagainya, maka Allah akan menganugerahkan pahala seorang syahid.
Paling tingginya Ibadah adalah berkhidmat dalam rumah, apabila anda menginginkan keberkahan menaungi rumah anda, malaikat hilir mudik didalamnya agar usia dan hidup anda dipenuhi keberkahan bahkan lebih mulia dari itu anda akan diberikan keturunan yang berkualitas yang berguna di masyarakat, jagalah dan kuatkanlah selalu hubungan anda degan Allah dan tetap menjalin kasih sayang dengan suami atau istri anda, berbahagialah para suami yang istrinya ridha terhadap mereka dan berbahagialah istri yang suaminya ridha terhadap mereka.
Kepada anda sekalian saya tegaskan apabila anda terdapat makanan haram yang dimakan atau makanan tersebut didapat dari hasil riba, korupsi, atau merampas hak orang, maka rumah anda tidak akan disinggahi malaikat. Malaikat dilangit melihat bahwa rumah tersebut telah hangus terbakar api.
Sayyidinah Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan kezuhudan beliau mengatakan: "Aku tidak akan pernah merampas suatu hak meskipun selembar sayap belalang yang ada dimulut seerkor semut"
Dan dampak yang dirasakan dari perbuatan-perbuatan dosa kita tidak selamanya bersifat material, kadang kala ia berdampak ruhani yang semaki hari semakin mengering lantaran semakin seringnya melakukan kedzaliman atas hak orang laen. Siapakah yang sanggup melihat kenyataan semacam itu, hanya orang-orang yang benar-benar memiliki mata saja, yakni orang yang memiliki mata bashirah (mata bathin).
Pada hari kiamat nanti istrinya akan menjadi musuh dan menggugatnya, dalam riwayat dikatakan bahwa, orang-orang yang akan ditimpa kesialan yang amat sangat dihari kaimat adalah orang yang berusaha mati-matian siang dan malam untuk menghidupi istri dan anaknya, tetapi dihari kiamat nanti istri dan anak-anaknya justru menjadi musuh baginya. "Dan kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu sebagai debu yang berterbangan" (QS. Al-Furqon : 23).
Ayat ini mengungkapkan bahwa kendati seseorang beribadah dengan baik, melaksnakan shalat, puasa, haji, namun hanya dikarenakan uang haram yang dimakannya maka semua amalnya tersebut akan raib. Terhadap orang yang mengharapkan pertolongan ia senantiasa mengulurkan tangannya namun takkala tidak mampu dirinya malah mempermainkan harta orang lain. Dikatakan bahwa orang semacam inilah yang memberikan makanan yang hasilkan dari pekerjaan haramnya kepada anak dan istrinya. istri dan anak-anaknya yang pada dasarnya tidak mengetahuinya, tentu akan menyantapnya dengan tenang dan bahagia namun sekarang justru menuntutnya kembali amal kebaikannya harus diberikan kepada mereka. Sementara si suami sendiri harus berjalan menuju neraka tanpa amal secuil pun semua amalnya seketika itu raib dan sirna.
Hak-hak yang dimiliki manusia sangatlah berat, berhati-hatilah anda terhadapnya.[]

Selasa, 16 November 2010

MAQAM YAKIN

"Salah satu maqam akhlaq adalah makam Yaqin. Yaitu manusia untuk mencapai kesempurnaan diharuskan untuk mencapai peringkat dimana dia tidak ada lagi keraguan, wahm (angan-angan) dan Khayal dalam meyakini hukum-hukum dan akidah-akidah Islam. Yaqin mempunyai tiga tingkatan yaitu; pertama Ilmul yaqin, Kemudian 'Ainul yaqin, dan terakhir adalah Haqqul yaqin. Al-Qur'an menyatakan: "Lau ta'lamuna ilmal yaqîn", Kalau kamu menemukan keyakinan terhadap Mabda dan Ma'ad, surga dan neraka melalui ilmul yaqin, kamu akan menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin. Kalau seorang manusia memandang kepada alam penciptaan ini dengan pandangan mata batin dan pandangan Ibrahim As "Wakazdalika nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi" (al-An'am: 75), sekarang ini dia akan menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam; yaitu kalau anda memperoleh derajat awal keyakinan itu, maka akan muncul dalam hati anda pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu (makrifat Ilahi). Sekarang, jika seseorang naik dan memperoleh tingkat keyakinan selanjutnya yaitu 'Ainul yaqin dan Haqqul yaqin, maka ilmu dan pengetahuan yang lebih dahsyat lagi akan muncul dan terbit dalam jiwa dan hatinya."

Salah satu maqam akhlaq adalah makam Yaqin. Yaitu manusia untuk mencapai kesempurnaan diharuskan untuk mencapai peringkat dimana dia tidak ada lagi keraguan, wahm (angan-angan) dan Khayal dalam meyakini hukum-hukum dan akidah-akidah Islam.

Yaqin mempunyai tiga tingkatan yaitu; pertama Ilmul yaqin, Kemudian 'Ainul yaqin, dan terakhir adalah Haqqul yaqin. Al-Qur'an menyatakan: "Lau ta'lamuna ilmal yaqîn", Kalau kamu menemukan keyakinan terhadap Mabda dan Ma'ad, surga dan neraka melalui ilmul yaqin, kamu akan menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin. Kalau seorang manusia memandang kepada alam penciptaan ini dengan pandangan mata batin dan pandangan Ibrahim As "Wakazdalika nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi" (al-An'am: 75), sekarang ini dia akan menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam; yaitu kalau anda memperoleh derajat awal keyakinan itu, maka akan muncul dalam hati anda pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu (makrifat Ilahi). Sekarang, jika seseorang naik dan memperoleh tingkat keyakinan selanjutnya yaitu 'Ainul yaqin dan Haqqul yaqin, maka ilmu dan pengetahuan yang lebih dahsyat lagi akan muncul dan terbit dalam jiwa dan hatinya.

Orang-orang, khususnya kaum penganut mazhab Islam Syiah diharuskan dalam memperoleh tingkatan-tingkatan keyakinan itu menggunakan metode yang benar yaitu menggunakan dalil-dalil burhan (argumen), al-Qur'an dan sunnah. Salah seorang tokoh menukilkan perkataan dari anak almarhum sayyid Ali Aghai Qadhi bahwasanya ayahnya berkata: meskipun keraguan dan kebimbangan dalam agama ada sampai ajal tiba di tenggorokan dan kalau tidak, setelah kematian, segala sesuatunya nanti akan nampak dan keyakinan yang sebenarnya pun akan tercapai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Qur'an: Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam. Q.S. al-Qaf : 22.

Jika setiap manusia betul-betul menjaga hukum-hukum Allah, yaitu melaksanakan yang wajib dan menjauhi segala yang dilarangnya serta keyakinannya terhadap Mabda' dan Ma'ad dan sebagainya mencapai pada maqam Yaqin, maka dia akan memperoleh sebuah kondisi dan pengalaman spiritual yang hal-hal itu tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata dan dialog. Dan ini dinyatakan dalam al-Qur'an : "Niscaya kamu melihat neraka jahim" atau dalam ayat 12 surat al-Hujurat dinyatakan : Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Q.S. al-Hujurat : 12.

"Kalam wahyu itu bukanlah sesuatu yang majazi. Kenapa kalam wahyu itu kita predikasikan kepada sebuah ungkapan majazi?! Tariklah diri kita ini ke arah yang lebih tinggi mendekati maqam ishmat, sehingga semua hakikat itu tersingkap bagi kita. Dan selama kita masih terkurung dan berada di sangkar badan dan materi ini, kita tidak akan mampu dan mau menerima rahasia-rahasia al-Qur'an itu dan bahkan kita akan selalu mempredikasikannya (al-Qur'an) itu ke dalam bentuk yang majazi.

Ada sekelompok manusia yang terbebas dari kurungan badanya dan memperoleh karunia penglihatan Ibrahim As, manusia-manusia langitan ini, menyaksikan dengan jelas bahwa bergibah itu seperti memakan daging saudara sendiri dan begitupun, mereka mampu melihat dan mendengar dengan mata batinnya kondisi penghuni kubur.

Ada sebuah riwayat dari Rasulullah Saw: bahwa beliau masuk mesjid pada waktu subuh, di dalam mesjid beliau menyaksikan seorang pemuda kurus namun penuh cahaya di wajahnya duduk di salah satu sudut mesjid. Rasulullah bertanya: Bagaimana kondisi anda pada subuh ini? Pemuda itu menjawab: Saya pada subuh ini dalam kondisi yakin kepada Allah Swt.

Bertanya Rasulullah tentang kondisi Zaid

Bagaimana pagi subuh ini kau lalui wahai sahabat sejati

Berkata Aku hamba yang yakin

Bertanya mana bukti keyakinan yang menakjubkan itu??

Berkata aku menyaksikan makhluk-makhluk penghuni langit

Dan aku melihat dan menyaksikan Arasy dan para penghuninya.

Imam Ali As dalam khutbahnya (193), menta'birkan kelompok manusia seperti ini dengan ungkapannya yaitu: "Mereka ada di alam dunia ini, menyaksikan Surga seakan-akan mereka juga sedang ikut menikmati keindahannya".

Manusia langitan seperti ini hanya dengan Allah SWT mengadakan transaksi : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Q.S. at-Taubah : 111.

Kalau seseorang telah menemukan keyakinan maka tak akan pernah dia menampakkan ketakwaannya, karena segala sesuatu itu tidak semuanya bisa diungkapkan di dunia ini.

"Setiap orang yang mendapatkan karunia dan tarbiyah, rahasia-rahasia Ilahi akan dicamkannya dan mulutnya terjahit"

Ayat-ayat ini adalah sebuah peringatan dan ancaman bagi semuanya, khususnya ahli ilmu dan keutamaan. Mereka berkewajiban untuk memperkenalkan akan dunia gaib itu kepada masyarakat, segala sesuatu yang ada di alam malak, malakuti, mempunyai lahir dan batin. Tabarakallazi biyadihilmulku wa huwa 'ala kulli syain qadîr (al-Mulk: 1), Fasubhanallazi biyadihi malakutu kulli syain (Yasin: 83) kedua ayat ini adalah dalil akan adanya alam malakut dan batin.

Di alam ini terdapat berita-berita yang tidak pernah berhenti siang malam, yang mana kita tak bisa mendengar dan menyaksikannya karena kita buta. Mereka yang bisa melihat dan mendengar, siang malam tak pernah tidur mendengarkan ucapan-ucapan tasbihnya seluruh makhluk yang ada di alam ini.

Makan dan minum telah menjauh dari tingkat cinta

Saat itulah kau akan sampai pada sahabat yang mana tak ada tidur dan makan lagi


Manusia dalam kondisi ini, merasakan nikmatnya berwudu, atau pada bulan ramadhan dikarenakan sedikit makan maka dia merasakan nikmatnya saat-saat mendekati waktu berbuka dimana hal itu bukanlah perumpamaan kenikmatan dunia. Allah Swt mengaruniakan nikmat ini kepada orang-orang mukmin supaya mereka semakin yakin kepada-Nya seperti seorang ibu yang meletakkan tangannya yang berisi manisan di mulut bayi.


Oleh: Ayatullah Anshari Syirazi Hf
http://www.alhassanain.com/

Cara Merubah Tampilan Wndows Xp ke Wndows 7

Jika sobat bosan ato jenuh dengan tampilan windows xp dan ingin mencoba fitur dari Windows 7, tanpa harus mengganti OS Windows XP ke Windows 7 silahkan lanjutin baca :)

ada cara gratis neh untuk merubah tampilan Windows XP ke Windows 7 (seven)" dengan "Seven Transformation Pack 1.0". Cara kerjanya, aplikasi ini akan menambahkan beberapa theme, mengganti icon, skin, dan toolbar, serta menukar sejumlah file-file sistem. Selain XP, Windows Server 2003 juga bisa diubah tampilannya menjadi serupa Windows 7. Setup Screen, Welcome Center, menu Configure User Account, Boot Screen, Windows Login, dan fitur WinFlip milik Windows 7 juga bisa kita nikmati. Berikut beberapa Tampilan Seven Transformation Pack 1.0 :

Tampilan Windows Logon










Tampilan Windows 7 Desktop










Tampilan Windows 7 Flip










Tertarik? Pengen tahu caranya.....? simak Tips berikut ini :

1. Download Seven Transformation Pack 1.0 ( Download disini )
2. Simpan hasil Download tersebut di Drive yang anda kehendaki.
3. Install Seven Transformation Pack 1.0 tersebut.
4. Pastikan semua aplikasi anda sudah di closed, Reboot Komputer anda.
5. Selamat mencoba.....dan selamat berkreasi.

Cara mengubah windows xp ke windows 7,Ubah Total Tampilan Windows XP Menjadi Windows 7,Cara Upgrade Windows XP Ke Windows 7 Tanpa Kehilangan File Lama,Download Tema Windows 7 untuk XP,Mengubah tampilan windows XP menjadi Windows 7,Tips Windows 7 Theme for Windows XP,Cara Merubah Tampilan Windows XP seperti Windows 7,Mengubah theme (tampilan) windows XP menjadi Windows 7,Download Merubah Tampilan Dari Windows XP ke Windows 7,Theme Windows 7 untuk Windows Xp

Minggu, 14 November 2010

Yang Kucintai . . .

Kau yg memberikan senyummu ketika aku merasa bahagia,
Kau yang memberikan pundakmu sebagai sandaran tangisku ketika hatiku rapuh,
Kau yang membantuku ketika aku tak lagi sanggup menghampirimu,
Kau yang memberikan sisa umurmu kepadaku dan
Kau yang akan berasa disampingku ketika dunia tak lagi membelaku.

Aku yang pernah terpisah oleh jarak dan waktu engan dirimu namun kini Allah SWT telah memperlihatkan kebesaran-Nya & Sekarang.....

Aku merasa damai, dan merasakan getarannya
Saat aku menyadari, aku tak lagi menemukan dunia yang sepi
Aku tak lagi menemukan diriku berlari karena sekarang aku sudah bisa berhenti,
Berhenti di tempat kau berdiri
Kami pernah berlari dan merasa terbebani
Tetapi kini kami sanggup mengucapkan janji bahwa kami saling mencintai...... Amin

Basmalah . . .

Ku ucap Basmalah tuk mengawaliya, dalam tiap napas dan langkah kakiku...
Ku tahu jika Tuhan memilihmu untukku,
Bukan sekedar kau mengingkanku,
Tetapi karena aku membutuhkanmu,
Tuk menjadi teman, sahabat dan kekasihku.
Karena aku menyayangimu...
Tak kan pernah kusesal memilihmu walaupun cintamu pudar kelam masa silam
Karena kau yang telah membuat hatiku hidup.
Aku tahu siapa diri ini seorang yang tak selayaknya melabuhkan harapan kasih
Apalagi aku tahu kalau dia sudah mempunyai dambaan hati sebelumku
Tetapi bagiku tiada masalah aku akan tetap mencoba tetap bertahan
Aku kan selalu mempertahankan cintaku yang telah tumbuh dalam hati...
Hingga saat nya ku persembahkan di pangkuannya
Entah... sampai kapan hal ini bisa bertahan, biarlah waktu yang menjawab
Akan tetapi aku kan selalu berusaha dan berdoa kepada Allah,
Untuk dapat memiliki cinta nya

Semoga cintanya adalah untukku seutuhnya tanpa ada yang merasa tersakiti......